SIKAP MASYARAKAT DESA KUTA TERHADAP WISATAWAN SETELAH PENGEMBANGAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS MANDALIKA

  • Rusdi Lukman Putra Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram
  • Fathurrahim Fathurrahim Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram
  • Primus Gadu Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram
Keywords: Pengembangan, Kawasan Wisata, Sumber Daya Manusia, Desa Kuta, Lombok Tengah.

Abstract

Penelitian ini membahas tentang Sikap Masyarakat Desa Kuta Terhadap Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Sikap Masyarakat Desa Kuta Terhadap Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memahami perubahan sikap masyarakat desa kuta, menambah referensi pada kajian perkembangan pariwisata, terkait dengan kajian sikap masyarakat setelah pengembangan Kawasan pariwisata. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi. Adapun ruang lingkup penelitiannya yakni masyarakat desa kuta, yang tinggal dan bekerja di desa kuta. Dalam penelitian ini, teori Irridex dari Doxey akan dipergunakan untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap pengembangan pariwisata di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, dengan berpedoman pada respon masyarakat desa Kuta. Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi respon tersebut dengan berpedoman pada fase-fase yang terdapat pada teori ini sehingga dapat diketahui bagaimanakah sikap masyarakat desa Kuta terhadap praktik pariwisata yang ada.Sikap Masyarakat Desa Kuta Terhadap wisatawan setelah Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika berdasarkan teori Irritation Index dari Doxey berada pada Fase Euphoria dan Apathy mayoritas masyarakat memiliki antusiasme tinggi dalam perkembangan pariwisata. Masyarakat yang memiliki antusiasme tinggi tersebut bukan hanya masyarakat yang mendapatkan pendapatan dari pariwisata melainkan masyarakat desa Kuta pada umumnya. Pada fase Apathy terlihat masyarakat menjadikan pariwisata sebagai hal yang biasa dalam keseharianya, pariwisata juga telah memberikan peluang usaha yang luas dan terciptanya lapangan pekerjaan yang banyak, pariwisata telah dijadikan sebagai sumber pendapatan utama bagi masyarakat. Kedua repon diatas juga menandakan bahwa masyarakat tidak pernah memberikan respon negatif yaitu pada fase Annoyance dan fase antagonism kepada wisatawan dan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika. Walaupun masyarakat desa Kuta mengalami beberapa perubahan seperti ; gaya hidup, gaya berpakaian, gaya bahasa, namun hal itu tidak dianggap hal yang negative bagi masyarakat desa Kuta, selama masyarakat tidak meninggalkan budaya asli desa Kuta.

References

[1] A Gerungan, 2004. Psikologi Sosial. Bandung: Rafika Aditama.
[2] Azwar, Saifuddin. 2010. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar Offset: Yogyakarta.
[3] Biantoro, R., Samsul, M. 2014. “Pengaruh Pariwisata Terhadap Karakteristik Sosial Ekonomi Masyarakat Pada Kawasan Obyek wisata Candi Borobudur” Jurnal Teknik PWK Vol.3 No.2:1038-1047.
[4] Amirudin. 2016 Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Parama Ilmu
[5] Bories, A,Y,A., Djamhur,H,T. 2016.“Dampak Pengembangan pariwisata Terhadap Kehidupan Masyarakat Lokal Dikawasan Wisata Wendit Kabupaten Malang” Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 30 No. 1: 74-78.
[6] Christie Mill, Robert. 2000. Tourism The Internacional Bussines. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
[7] Mario Barreto dan Ketut Giantari, 2015.”Strategi Pengembangan Objek Wisata Air Panas Di Desa Marobo, Kabupaten Bobonaro Timor Leste”, E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Bali, Vol.4:11.2015.
[8] Moleong, J. 2007. Metode Penelitian Kualtitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
[9] Mario Barreto dan Ketut Giantari, 2015.”Strategi Pengembangan Objek Wisata Air Panas Di Desa Marobo, Kabupaten Bobonaro Timor Leste”, E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Bali, Vol.4:11.2015.
[10] Nugraha, H., Dasim, B. 2015. “Perubahan Sosial dalam Perkembangan Pariwisata desa Cibodas Kecamatan Lembang” Jurnal Sosietas Vol.5 No.1:2528-4657.
[11] Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2006
[12] Pitana, I G. dan Gayatri, P G. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi
[13] Paturusi, Samsul A,. 2001. Perencanaan Tata Ruang Kawasan Pariwisata, Materi Kuliah Perencanaan Kawasan Pariwisata, Program Pasca Sarjana Universitas Udayana . Denpasar: Universitas Udayana.
[14] Pitana, I Gede dan Surya Diarta I Ketut. (2009). Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta : Penerbit Andi.
[15] Richardson, M. Fluker. 2004. Undersatanding and Managing Tourism : Person Education Australia, NSW Australia
[16] Sarwono, Sarlito W., Meinarno, Eko A. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
[17] Sastrayuda, Gumelar S. 2010. Konsep Pengembangan Kawasan Agrowisata. Hand Out Mata Kuliah Concept Resort And Leisure, Strategi Pengembangan Dan Pengelolaan Resort And Leisure.
[18] Sarwono.S.W. 2010. Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
[19] Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009. Kawasan Ekonomi Khusus (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 2).
[20] Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2010 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 2).
Published
2023-11-10
How to Cite
Putra, R., Fathurrahim, F., & Gadu, P. (2023). SIKAP MASYARAKAT DESA KUTA TERHADAP WISATAWAN SETELAH PENGEMBANGAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS MANDALIKA. Journal Of Responsible Tourism, 3(2), 851-862. https://doi.org/10.47492/jrt.v3i2.2864
Section
Articles