CRAZY RICH DI MEDIA SOSIAL DITINJAU DARI TEORI ENCODING-DECODING

  • Deby Puspitaningrum Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Bina Sarana Informatika
Keywords: Crazy Rich, Pesan, Khalayak, Encoding, Decoding

Abstract

Fenomena Crazy Rich di media sosial seringkali menjadi sorotan. Seseorang yang hartanya terlihat sangat melimpah dan gaya hidupnya sangat berlebih, mendapat julukan Crazy Rich. Sejumlah figur super kaya di Indonesia dijuluki Crazy Rich. Para netizen yang menyimak atau menerima pesan tentang Crazy Rich di media sosial seringkali merespons, berkomentar, dan berpendapat. Tulisan ini membahas tentang fenomena Crazy Rich di media sosial ditinjau dari teori Encoding-Decoding. Dikembangkan oleh Stuart Hall, teori Encoding-Decoding menjelaskan bahwa khalayak sebagai penerima pesan, mengartikan bentuk pesan di media berdasarkan posisi sosial, budaya, serta identitas mereka. Adapun Crazy Rich yang dianalisis adalah Crazy Rich Surabayan dan Crazy Rich PIK. Pernikahan Crazy Rich Surabayan merupakan fenomena awal Crazy Rich di Indonesia, sedangkan fenomena Crazy Rich PIK menjadi viral saat ini karena Crazy Rich tersebut menggelar pernikahan anjing peliharaan dengan menyedot dana hingga 200 juta rupiah. Metode penelitian kualitatif dengan observasi sekunder melalui media sosial, digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa Crazy Rich Surabayan maupun Crazy Rich PIK, sama-sama mendapat tanggapan yang beragam dari khalayak di media sosial. Sifat khalayak yang aktif dan memiliki kebebasan, terlihat jelas dari komentar atau tanggapan yang disampaikan, dan hal ini sesuai dengan teori Encoding-Decoding

References

[1] R. Aditya, “Crazy Rich Artinya Apa? Ternyata Sejarah Istilah Ini Berasal dari Novel,” suara.com, 2022.
[2] N. I. Naziha, “5 Pernikahan Mewah yang Jadi Sorotan Selama 2018, Crazy Rich Surabaya hingga Rekor Muri Lamborghini,” TribunNews.com, 2018.
[3] A. V. Nariswari, “Sosok Crazy Rich PIK yang Gelar Pernikahan Anjing, Benarkah Tim Stafsus Presiden?,” suara.com, 2023.
[4] P. Long and T. Wall, Media Studies: Texts, Production, Context, Second Edi. New York, USA: Pearson Education Limited, 2012.
[5] D. Croteau and W. Hoynes, Media/Society. UK: SAGE Publications, Inc., 2014.
[6] Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014.
[7] Y. Xie et al., “An Overview o f Stuart Hall’s Encoding and Decoding Theory with Film Communication,” Multicult. Educ., vol. 8, no. 1, pp. 190–198, 2022.
[8] M. Wolf, J. Sims, and H. Yang, “What Social Media?,” Assoc. Inf. Syst., vol. 3, no. 6, pp. 1–18, 2018.
[9] J. l Davis, “Social Media,” in The International Encyclopedia of Political Communication, USA: John Wiley & Sons, Inc., 2016.
[10] J. Sallis, G. Gripsrud, U. H. Olsson, and R. Silkoset, “Secondary Data and Observation,” in Research Methods and Data Analysis for Business Decisions, USA: Springer link, 2021, pp. 37–50.
Published
2023-07-25
How to Cite
Puspitaningrum, D. (2023). CRAZY RICH DI MEDIA SOSIAL DITINJAU DARI TEORI ENCODING-DECODING. Jurnal Inovasi Penelitian, 4(2), 487-494. https://doi.org/10.47492/jip.v4i2.2734
Section
Articles