FILANTROPI, AKTOR DAN MODAL BUDAYA DALAM MEMBANGUN PENDIDIKAN DAERAH TERPENCIL DI SULAWESI BARAT

  • Rahmadina Reskiadi Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
  • Subaidi Subaidi Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Keywords: Filantropi, Komunitas Lima Mendidik, Pendidikan

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan tentang adanya filantropi manusia, aktor, dan modal budaya dalam perkembangan Pendidikan yang dibangun oleh komunitas di  daerah terpencil, khususnya dalam pandangan cinta kemanusiaan dalam hal filantropi dan teori strukturasi Anthony Giddens. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode yang bersifat deskriptif, dengan fokus kajian pada eksternalisasi pendidikan di daerah terpencil khususnya pada anak-anak yang masih minim dalam akses pendidikan beserta aktor yang berperan dalam konsep filantropi. Sementara konsep pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis melalui metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Berdasarkan sistematika dari masalah tersebut, penulis merumuskan dua strategi yaitu untuk mengetahui peran pelaku filantropi dalam aspek pendidikan di daerah terpencil dan pelaksanaan program pemberdayaan yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan pendidikan anak. Filantropi aktor dan modal budaya menunjukkan bahwa relasi komunitas dan anak-anak di daerah terpencil dapat dilaksanaakn dengan baik, berdasarkan kegiatan tersebut aktor seperti Komunitas Lima Mendidik sangat aktif dalam memberikan kegiatan positif seperti adanya program pemberdayaan yang berlangsung. Yaitu pemberdayaan literasi sosial, sumber daya alam, pengembangan bakat, pemberdayaan anak berbasis keaagamaan, dan adanya pemanfaatan teknologi.

References

[1] IlmuPolitik, D. P. S. dan K. F. I. S. dan. (n.d.). Universitas Gadjah Mada, Praktik Filantropi Sosial. Yogyakarta: Buana Grafika.
[2] Isbandi Rukminto Adi. (2018a). Kesejahteraan Sosial : Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial dan Kajian Pembangunan. In Rajawali Press (2nd ed.). Depok.
[3] Isbandi Rukminto Adi. (2018b). Kesejahteraan Sosial : Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial dan Kajian Pembangunan. In Rajawali Press (2nd ed.). Depok.
[4] Jajat S. Ardiwinata, D. M. (2018). Community Education In Community Development. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 7, 10–27.
[5] Mkhabela, I. (2019). The role of Community in Education : A practitioner ’ s reflection. Retrieved from https://hsf.org.za/publications/focus-chapters/focus-56-chapters/the-role-of-community-in-education-a-practitioner2019s-reflection
[6] Nashir, H. (2019). Memahami strukturasi dalam perspektif sosiologi giddens.
[7] Undang-Undang Republik Indonsia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
[8] Parmiti, D. P., Sulastri, M., & Pudjawan, I. K. (2017). Program Ipteks Bagi Masyarakat (IBM) Pendidikan Di Desa Terpencil. Jurnal Widya Laksana, 5(2), 100. https://doi.org/10.23887/jwl.v5i2.9097
[9] Silviliyana, M. (2019). Potret Pendidikan Indonesia Statistik Pendidikan. In Jakarta.
[10] Suharto. (1991). Tanya Jawab Sosiologi. In Rineka Cipta.
[11] Wawancara dengan Hasan Karra, M.H, Advokat, 19 Desember 2021.
[12] Wawancara dengan Ketua Komunitas Lima Mendidik Agus Wandi pada tanggal 17 Desember 2021.
[13] Wawancara dengan Mardin, Mahasiswa UWM (Pemuda Sambaliwali), 25 Desember 2021.
[14] Wawancara dengan Yunita, S. Sos, Bendahara Desa Kurma, Kabupaten Polewali Mandar, 18 Desember 2021.
Published
2022-06-01
How to Cite
Reskiadi, R., & Subaidi, S. (2022). FILANTROPI, AKTOR DAN MODAL BUDAYA DALAM MEMBANGUN PENDIDIKAN DAERAH TERPENCIL DI SULAWESI BARAT. Jurnal Inovasi Penelitian, 3(1), 4667-4676. https://doi.org/10.47492/jip.v3i1.1673
Section
Articles